Rabu, 29 Januari 2014

Tugas Kritik Arsitektur


Kritik Interpretif
Kritik interpretif atau kritik penafsiran yakni merupakan sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental,

Hakikat Kritik interpretif ;
-          Seorang kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal.
-          Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin. Klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
-          Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat.
-          Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan.
-          Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami.
-          Membangun satu karya ‘bayangan’ yang independen melalui bangunan sebagimana milikinya.

Dan terdapat tiga teknik kritik interpretif diantaranya :
-          Advocatory
-          Evocative
-          Impressionalistic


Metode Kritik Interpretif
Objek : Koshino House karya Tadao Ando

Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Rakyat untuk seluruh rakyat 1991,432) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Fungsi lainnyayakni sebagai pelindung dari iklim dan makhluk hidup lainnya serta tempat awal pengembangn kehidupan. Bukan hanya itu, bagi saya rumah adalah tempat pulang terindah. Karena dirumah kita dapat melihat keluarga berkumpul bersama dan menikmati momen yang berharga. Dimana keluarga adalah bagian terpenting kedua setelah Tuhan.

Bicara mengenai rumah, rumah yang baik kiranya memenuhi syarat, dimana kita tahu bangunan yang baik menurut Vitruvius harus memenuhi 3 sistem syarat yakni dari segi kekuatan (firmitas), fungsi (utilitas) dan juga keindahan (venustas). Namun tidak hanya itu, yang terpenting dari rumah adalah dampak terhadap penghuninya. Rumah tersebut memberi pengaruh apa terhadap penghuni di dalamnya.  Sehigga terjadinya komunikasi antara penghuni dan rumah untuk saling terintegrasi.

Bagi saya rumah tidak harus melihat dari faktor keindahannya saja setelah faktor kekuatan dan fungsi sudah terpenuhi, karna nyatanya saat ini faktor ekonomis juga dipikirkan. Banyak rumah yang di desain sedemikian rupa dan bahkan juga menggunakan bahan material yang berkualitas dengan harga yang cukup mahal. Namun itu semua tergantung si empunya rumah, karena keinginan dan kebutuhan setiap orang berbeda. Ada yang menyukai rumah klasik dengan detail-detail ornamennya, ada yang menyukai rumah dengan gaya minimalis yang lebih terlihat clean dan berkesan kekinian atau bahkan ada pula yang menyukai rumah tradisional untuk menghadirkan kesan alam yang kental.

Lebih dari itu, ada sesuatu yang semestinya kita dapat dari suatu rumah, yakni soul (jiwa) yang hadir dari rumah tersebut. Dalam buku Wastu Citra, sesuatu yang benar itu indah. Begitulah ketika saya melihat Khosino House karya arsitek jepang Tadao Ando. Arsitek yang memiliki karakter pada bangunannya yakni dengan bentuknya yang lingkaran dan geometris, penggunaan beton (concrete) polos, pemanfaatan cahaya alami dan udara serta bentuk bangunan yang mengikuti landscape di sekitarnya. Dengan desain dari bentuk yang sederhana, tidak banyak ornamen namun berkarakter kuat, benar dan indah. Dan lebih dari itu saya melihat dan seakan merasakan ada jiwa di dalamnya.


Dalam artikel yang saya baca, Khosino House adalah desain yang memiliki makna yang bisa berubah-ubah sesuai perubahan cahaya dan aliran udara (angin). Yang berari sang arsitek tidak hanya memabngun melainkan juga memikirkan konsep bangunanya secara matang.




Mungkin menurut saya seprti itulah yang kita bisa dapatkan dari suatu rumah. Karena rumah memberikan pengaruh terhadap penghuninya. Dengan desain yang benar tentulah memunculkan sesuatu keindahan.

Sumber gambar : www.google.com

Tugas Kritik Arsitektur


Kritik Normatif

Kritik normatif adalah mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma, aturan, ketentuan yang ada.

Hakikat Kritik normatif :
-          Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
-          Melalui suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai.
-          Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi, tetapi juga non fisik yang kualitatif.
-          Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Dan karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normative perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut :
-          Metode Doktrin (satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
-          Metode Sistemik (suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
-          Metode Tipikal (suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
-          Metode Terukur (sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)


Contoh :
Stasiun Karet, Jakarta Pusat

Kereta api merupakan salah satu transportasi yang banyak diminati oleh banyak orang ketika berpergian. Ya, hampir sebagian besar para pekerja di area jabodetabek menggunakan transportasi kereta api, karena bukan saja pencapaiannya yang lebih cepat tanpa harus menikmati kemacetan di jalan, juga harga tiketnyapun yang terjangkau.



Dan salah satu stasiun yang melayani KRL jabodetabek adalah stasiun karet. Stasiun karet merupakan stasiun kereta api yang terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Stasiun ini hanya melayani KRL Jabodetabek. Stasiun ini terbilang ramai, karena letaknya yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan perkantoran yang setiap harinya selalu ramai dengan aktifitas pulang-pergi orang-orang khususnya yang bekerja di wilayah perkantoran sekitar stasiun tersebut.


Nah, seperti kita ketahui bahwa stasiun kereta api merupakan tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api dan juga memiliki fasilitas didalamnya.

Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri dari :
-          Fasilitas parkir di muka stasiun
-          Tempat penjualan tiket dan loket informasi
-          Peron atau ruang tunggu
-          Ruang kepala stasiun
-          Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur)

Ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di stasiun ini. Ada hal yang berbeda yang saya lihat dan rasakan. Ya, peron stasiunnya tidak cukup besar seperti  pada peron-peron stasiun sebelumnya, khususnya di sebelah peron paling belakang untuk ke arah Tanah Abang sedangkan peron arah untuk penumpang yang menuju Bogor ukurannya sedang. Berbeda dengan beberapa stasiun lainnya, peron di stasiun ini tidak terlalu luas.


 Selain ukurannya yang kecil, peron di stasiun ini tidak banyak menyediakan bangku untuk para calon penumpang duduk menunggu kereta, sehingga banyak penumpang yang berdiri atau bahkan duduk di bawah kolom atap yang di bagian bawahnya berbentuk lingkaran dengan diameter yang tidak terlalu besar. Apalagi ketika jam pulang kerja, dengan kondisi stasiun yang penuh dan ramai dengan para calon penumpangnya, dapat mengurangi tingkat kenyamanan dan keamanan. Terdapat bangku di area depan, untuk ke arah belakang bangku untuk penumpang tidak ada.




Seperti kita ketahui, bahwa peron adalah tempat naik turun para penumpang di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan jalur rel melintas di stasiun. Jika peronnya kecil, bagaimana para penumpang dapat menikmati fasilitas yang ada, yang dapat memberikan kenyamanan dan keamanan ketika berada di tempat tersebut. Melihat karena ukurannya yang lebih kecil jika dibandingkan bukan hanya pada stasiun besar, tapi pada staiun kecil lainnya, seperti stasiun cawang, stasiun duren kalibata, stasiun tanjung barat dan sebagainya, yang memiliki ukuran peron yang lebih luas (cukup memuhi standar) dan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan para penumpang.


Selain itu juga, karena lokasinya yang dekat dengan jalan raya, saya juga tidak melihat adanya fasilitas parkir di area stasiun tersebut. Dan ketika saya tanyakan kepada petugas disana, rupanya memenag tidak ada. Mungkin juga karena banyak para penumpang yang langsung naik angkutan umum setelah tibanya dari stasiun.

Meskipun demikian, selain fasilitas peron, fasilitas-fasilitas lain yang ada di stasiun ini terbilang cukup baik, seperti area orang-orang yang ingin menge-tap kan kartu untuk gate in dan gate out yang ukurannya cukup luas, sehingga cukup banyak menampung orang yang mengantri untuk masuk dan keluar, dan tersediannya toilet dan tempat penjualan tiket serta ruang informasi yang cukup baik.

Sumber gambar : dokumentasi pribadi, 2014

Tugas Kritik Arsitektur


Kritik Deskriptif

Kritik deskriptif bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada.

Hakikat Kritik deskriptif :
-          Dibanding metoda lain, kritik deskriptif lebih nyata (factual)
-          Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.
-          Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
-          Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya.
-          Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

Dan dalam kritik deskriptif ini, terdapat jenis metoda kritik deskriptif, yakni:
-          Depictive criticism (gambaran bangunan)
-          Biographical criticism (riwayat hidup)
-          Contextual criticism (peristiwa)

Metode Kritik Deskriptif
Objek  : Taman Budaya Yogyakarta
Lokasi            : Jl. Sriwedani no.1, Yogyakarta.

Taman Budaya Yogyakarta adalah bangunan yang mewadahi kegiatan seni dan budaya yang bertempat di Jalan Sriwedani No.1 Yogyakart. Berada di sebelah timur benteng Vredeburg, berdampingan dengan Taman Pintar dan Pasar Buku Shooping. Taman Budaya Yogyakarta ini berfungsi sebagai tempat yang mewadahi kegiatan dalam bentuk apresiasi dan ekspresi untuk mengembangkan nilai seni dan budaya. Selain itu tempat ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi yang baik untuk menmabah wawasan ilmu pengetahuan kita terhadap nilai seni dan budaya.

Ketika saya mengunjungi Taman Budaya Yogyakarta, saya merasakan kedamaian akan suasana sekitar begitu juga dengan keramahan orang-orangnya. Begitu saya masuk saya disambut oleh gedung berwana putih seperti rumah yang begitu besar berlantai 2. Fasad bangunan tersebut dihiasi oleh 4 pilar besar di depannya yang memperlihatkan kegagahan akan bangunan serta jendela dan pintu dengan kusen berbentuk lengkung. Namun sayangnya warna cat pada bagian depan fasad bangunan terlihat ada yang kusam di salah satu sisinya yang sedikit kurang enak dipandang. Dan pada detail fasad bangunan terjadi pengulangan bentuk sehingga terkesan monoton.


Di depan bangunan ini juga terpampang poster-poster besar yang menginformasikan kegiatan seni yang akan di bawakan di Taman Budaya Yogyakarta. Sebelum saya masuk ke dalam bangunan, saya sempat menemukan perbedaan bentuk dari bangunan Taman Budaya Yogyakarta dengan Pusat Kesenian lain yakni Taman Ismail Marzuki yang ada di Jakarta, meskipun dalam fungsi bangunan sama yakni sebagai ruang yang menyediakan kebutuhan dari kegiatan seni dan budaya, baik audio, visual maupun audiovisual.







Sebelumnya Taman Budaya Yogyakarta terdiri dari 2 bagian yakni concert hall dan Gedung Societeit Militair. Dan gedung berwarna putih di atas tadi merupakan gedung concert hall Taman Budaya Yogyakarta yang merupakan gedung baru yang di bangun sekitar tahun 2000.

Setelah saya memasuki ruang di dalam gedung, pada lantai 1 terdapat ruang yang cukup besar yang fungsinya sebagai ruang pameran atau galeri pertunjukkan visual seperti pameran seni lukis dan seni rupa. Sayangnya ketika saya berkunjung kesana tidak terdapat acara kegiatan sehingga ruangannya kosong. Namun saya tidak berkecil hati karena saya juga ingin melihat ruang-ruang apa saja di dalamnya. Dan ternyata, ruang pameran di lantai 1 ini bukan hanya difungsikan sebagai galeri saja melainkan juga sebagai ruang diskusi. Dan dibelakang bangunan juga terdapat kantor yang melayani baik urusan penyewaan gedung atau informasi gedung lainnya serta di sediakan pula fasilitas seperti musholla dan toilet.




Setelah melihat ruang di lantai 1, saya bergegas melihat ruang di lantai 2 di atasnya. Untuk menuju lantai 2 terdapat tangga di luar yang berada di kedua sisi bangunan. Bukan hanya tangga, untuk menuju lantai 2 juga terdapat ramp yang landai yang dapat digunakan untuk penyandang cacat atau membawa barang.
Pada lantai 2 saya melihat ruang di bawah kolong tangga. Ternyata ruang tersebut adalah ruang yang dijadikan museum. Dan museumnyapun dinamakan museum kolong anak tangga. Hal membuat saya mengerti bahwa kita dapat memanfaatkan atau mengisi ruang kosong untuk dapat menjadi ruang yang berfungsi dengan baik sehingga tidak adanya ruang kosong.

Di lantai 2 juga terdapat tangga sebagai penghubung untuk memasuki ruang pertunjukkan seni audio dan audiovisual seperti pertunjukkan teater atau film, wayang, musik, tari serta pembacaan puisi. Ruang pertunjukkan di lantai 2 ini cukup besar karena dapat menampung 1200 kursi penonton. Dan stagenya pun juga besar. Selain itu terdapat ruang-ruang lain disekitarnya seperti ruang rias, ruang VIP, ruang operator, ruang lighting, gudang dan toilet.

Setelah puas melihat-lihat ruang di dalam gedung saya turun untung mengitari bangunan concert hall tersebut. Pada selasar bangunan saya melihat anak-anak remaja yang sedang latihan musik dengan alat-alat musik yang dimainkannya. Ketika saya kea rah belakang bangunan, saya cukup terkejut karena tepatnya dib ayah atau sekitar tangga bagain belakang, saya menemukan beberapa pernak-pernik kesenian yang sudah tidak terpakai diletakkan begitu saja. Hal tersebut kurang enak dipandang karena terlihat berantakan dan kotor sehingga terkesan kurang terawat. Bukan hanya itu, ketika saya mengitari bagian belakang gedung yang terdapat tanjakan atau ramp untuk menuju bagian belakang yang mungkin fungsinya sebagai area servis (bongkar muat barang), saya juga menemukan beberapa sampah di salah satu sudutnya.



Pada Taman Budaya Yogyakarta ini juga terdapat kegiatan pendukung seperti adanya perpustakaan, rumah makan, art shop, ruang binnale (seni rupa) dan area parkir mobil dan motor serta area servis.
Pada bagian belakan gedung concert hall juga terdapat ruang perunjukkan outdoor atau biasa disebut dengan teater halaman dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Dan terlihat juga anak-anak remaja yang sedang melakukan kegiatan disana.



Dan setelah puas melihat lihat ke area belakang, saya kembali ke area depan, tepatnya ke bangunan yang sudah menjadi daya tarik saya, yakni Gedung Societeit Militair. Gedung ini adalah peninggalan belanda pada masa lalu. Dulu fungsinya sebagai sarana rekreasi anggota militer belanda beserta keluarga. Pada hari istimewa misalnya hari kelahiran Ratu Wilhemina disini digelar aneka pertunjuka misal sulap, tonil, dan konser musik. Tempat ini juga digunakan untuk bermain anggar.





Dan sekarangpun bangunan ini masih di jaga dan tidak mengalami perubahan bentuk yang mendasar. Di dalam bangunan ini terdapat hall yang cukup besar, terlihat sekali ruangan tersebut memiliki ciri khas dari arsitektur belanda.



Dan di dalamnya lagi terdapat ruang pertunjukkan berkapasitas 230 penonton.


Dan itulah sedikit mengenai Taman Budaya Yogyakarta yang saya kunjungi di tahun kemarin. Senang rasanya dapat mengunjungi bangunan-bangunan yang dapat mewadahi kegiatan seni dan budaya sambil melihat-lihat bentuk arsitektur dan juga menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan.

Sumber gambar : dokumentasi pribadi, 2013