Minggu, 06 April 2014

SINGGAH



Halooooo….
Hari ini gue mau nulis tentang satu buku. Hadiah dari dintha dan nove di ulang tahun gue yang ke 21 di tahun kemarin, Sebenernya mereka udah tahu  yang gue pengen, yaps buku ini. Buku yang udah gue lirik-lirik di Toko buku dan belum sempat terbeli. Dan tanpa gue duga mereka beliinnn ….horeeeeee…Alhamdulillah gratis :p

Yap. Sore itu entah bulan apa di tahun kemarin pas gue ke toko buku, dan lagi asik-asiknya liatiin buku (atau liat judulnya) :p, tiba-tiba mata gue berhenti di satu judul buku. Ya., buku dengan judul SINGGAH.

Gue liat covernya yang sederhana dengan sampul warna cokelat, tapi gue suka. Ada gambar bis, kapal laut, pesawat terbang dan kereta api. Dan semuanya punya jejak yang berbeda. Jejak dimana ada suatu persinggahan.  Persinggahan dimana ada cerita. Ya, selalu ada cerita dimanapun kita singgah. Dimanapun itu. Karena apa? Karena buku ini bilang, ‘Karena hidup adalah persinggahan’. :)


Awalnya gue kira ini novel, tapi pas liat nama-nama penulisnya di bawah judul, agak heran karena penulisnya banyak. Gak nanggung-nanggung, ada sebelas :p . wew.
Oke, saatnya membalik buku ini untuk baca sinopsisnya, begini sinopsisnya…

Terminal, bandara pelabuhan, stasiun:
Tempat persinggahan, keberangkatan, perhentian.

Ada banyak kisah tentang pertemuan dan perpisahan. Tentang orang-orang yang menanam kakinya di sana. Mereka yang berbagi luka dan cinta. Tentang rindu yang diam-diam dipendam. Tempat yang selalu ingar binar, tetapi juga melesapkan sepi yang menggerogoti jiwa-tanpa suara.

Seorang lelaki menapak tilas jejak kekasihnya yang hilang ke sebuah dermaga, lelaki lainnya memancing bintang. Di stasiun tua, pak tua berpeci lusuh duduk menanti mataharinya setiap dini hari. Di bandara, koper-koper tertukar, dan ada cinta yang menemukan pelabuhannya. Di terminal, panas kopi membakar lidah dan hati.

Sebelas penulis merangkai kenangan di empat tempat persinggahan.
Mengantar pergi, menjemput pulang.

Itu sinopsisnya. Dan gue? Gue tersenyum. Itu aja. :)
Dan kiranya gue tahu, kenapa ada banyak penulis disini. Justru dengan banyaknya penulis disini mereka membagi cerita tentang tempat-tempat persinggahan yang berbeda.

Setelah liat dan cari-cari di internet tentang buku ini karena belum sempat kebeli waktu itu, banyak sudah suara. Suara dari para pembaca. Pembaca yang berbeda-beda. Ada yang bilang bagus, ada yang bilang biasa aja. Dan gue belum baca, jadi belum bisa bilang apa-apa. Dan ketika buku ini ada, dan akhirnya bisa baca. Sekarang gue cukup tahu.

Mungkin harus cukup memahami kata ‘Singgah’ itu sendiri. Kata singgah itu ngingetin gue sama stasiun pondok cina, tempat dimana gue merasa nyaman. Merasa sepi di tempat yang ramai. Tapi gue suka. Disana salah satu tempat persinggahan terindah gue. Karena disana banyak cerita, Cerita dimana kita ga perlu harus ngobrol dulu untuk tahu sebuah cerita. Cukup dimana ketika mata gue menemukan sosok yang punya cerita tanpa harus bercerita. Berharap kalian tahu maksudnya.

Dimana sekitar pukul setengah sepulu malam . Ketika gue merhatiin kakek-kakek penjual tisu di stasiun, yang sering gue temuin saat siang dan malam. Udah cukup tua, tapi kakinya masih kuat untuk menjajakan tisu, kadang gue liat tatapannya kosong waktu dia istirahat sejenak. Lelah mungkin. Tapi kita gak tahu, apa yang sebenarnya dirasain. Ada banyak hal yang mungkin hanya bisa gue pertebak dari raut wajahnya, selain rasa lelah. Harusnya dalam usianya itu dia bisa duduk santai menikmati senja, bermain dengan cucu mungkin. Harusnya. Tapi gak semua hal kita tahu.

Juga sama gadis kecil yang suka bagiin amplop kosong sama orang-orang yang duduk di peron, termasuk membaginya ke gue. Amplop kosong warna putih, ada tulisannya ‘untuk beli buku sekolah’ , terus gadis itu nyanyi sambil mengecrek botol yang isinya beras, menghasilkan bunyi. Gue tatap wajahnya yang masih polos saat itu. Harusnya seusiannya udah ada di kamar, bersiap tidur untuk besok sekolah. Tapi dia? Menyanyi sebisanya, berharap ada selembar uang di dalam amplopnya. Yang gue liat saat itu dia cukup kuat dalam usianya, singgah dari satu tempat duduk ke tempat duduk yang lain. Dengan maksud sama, bagi-bagiin amplop dan bernyanyi. Waktu nyanyi matanya menatap ke atas, malu mungkin, bosan atau memang lelah di tempat persinggahan yang sama.

Ada banyak cerita dimanapun kita singgah. Termasuk disini, di stasiun ini. Ada banyak hal yang belum kita lihat dan mengharuskan kita melihat, belum pernah kita dengar dan mengharuskan kita dengar, dan belum pernah kita rasakan apa yang mereka rasakan.

Setidaknya kita gak selamanya jadi penebak.

Sedikit mungkin, tapi itu yang buat gue cukup mengerti isi cerita dalam buku singgah ini. Bisa merasakan cerita-cerita di dalamnya, meskipun ada cerita yang belum gue paham. Tapi gak papa, seenggaknya gue menemukan ‘jiwa’ di beberapa bagian dalam buku ini.

Mereka yang bilang buku ini biasa aja, gak papa. Banyak yang menuntut mendapatkan cerita yang bisa mereka suka, mudah dimengerti. Tanpa harus memahami. Dan lebih jauh dari itu banyak mereka hanya menebak. Karena memang sulit untuk tidak menjadi penebak.

Okeh….skip
Nah, di dalam buku ini ada beberapa cerita :

Jantung (Jia Effendie)
Drmaga Semesta (Taufan Gio)
Menunggu Dini (Alvin Agastia Zirtaf)
Moskha (Yuska Vonita)
Kemenangan Apuk (Bernad Batubara)
Langit di Atas Hujan (Dian Harigelita)
Semanis Gendhis (Anggun Prameswari)
Rumah untuk Pulang (Anggun Prameswari)
Memancing Bintang (Aditia Yudis)
Para Hantu & Jejak-jejak di Atas Pasir (Adellia Rosa)
Koper (Putra Perdana)
Persinggahan Janin di Pelabuhan Cerita (Artasya Sudirman)
Pertemuan di Dermag ( Jia Effendie)

Ada banyak cerita yang gue suka, salah satunya ‘Rumah untuk Pulang’, ‘Dermaga Semesta’, ‘Memancing Bintang’ dan ‘Persinggahan Janin di Pelabuhan Cerita’. :))

Dan ada banyak petikan kata dalam buku ini yang gue suka, salah satunya :

‘Bukan tentang sesuatu yang hilang, tapi tentang kekikhlasan melepas pergi’
‘…lebih baik sendiri daripada harus hidup dengan drama’
‘…selalu ada waktu untuk pergi dari suatu persinggahan’.

Gak banyak gue bisa certain isi dari buku ini, biar kalian baca sendiri :)

Okeh itulah sedikit tulisan gue tentang buku ini, baca buku ini rasanya mengajak gue untuk singgah ke tempat  di dalam cerita itu, sedikitnya melihat, mendengar dan merasakan apa yang mereka rasakan meskipun itu dalam rangkaian cerita, atau mengingatkan kita pada tempat-tempat persinggahan kita yang punya banyak cerita. Karena apa? ‘Karena hidup adalah persinggahan’ :)

Dadaaahhhhhh…..


o.lestari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar